2.1.3 Klasifikasi Anak Jalanan
Berdasarkan kajian lapangan, secara garis besar anak jalanan dibedakan dalam tiga kelompok (Surbakti dkk. eds : 1997) :
Pertama, children on the street, yakni anak-anak yang mempunyai kegiatan yang kuat dengan orang tua mereka. Sebagian penghasilan mereka dijalanan pada kategori ini adalah untuk membantu memperkuat penyangga ekonomi keluarganya karena beban atau tekanan kemiskinan yang mesti di tanggung tidak dapat diselesaikan oleh kedua orang tuanya.
Kedua, children of the street, yakni anak-anak yang berpartisipasi penuh dijalanan, baik secara sosial maupun ekonomi. Beberapa diantara mereka masih mempunyai hubungan dengan orang tuanya, tetapi frekuensi petemuan mereka tidak menentu. Banyak diantara mereka adalah anak-anak yang karena suatu sebab, biasanya kekerasan lari atau pergi dari rumah. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa anak-anak pada kategori ini sangat rawan terhadap perlakuan salah, baik secara sosial, emosional, fisik maupun seksual (Irwanto, 1995).
Ketiga, children from families of the street, yakni anak-anak yang berasal dari keluarga yang hidup di jalanan. Meskipun anak-anak ini mempunyai hubungan kekeluargaan yang cukup kuat, tetapi hidup mereka terombang-ambing dari satu tempat ke tempat yang lain dengan segala resikonya (Blanc & Associates, 1990 ; Irwanto dkk, 1995 ; Taylor & Veale, 1996). Salah satu ciri penting dari kategori ini adalah pemampangan kehidupan jalanan sejak anak masih bayi, bahkan sejak masih dalam kandungan. Di Indonesia kategori ini dengan mudah ditemui diberbagai kolong jembatan, rumah-rumah liar sepanjang rel jereta api dan pinggiran sungai.
Menurut penelitian Departemen Sosial dan UNDP di Jakarta dan Surabaya (BKSN, 2000:2-4), anak jalanan dikelompokkan dalam empat kategori :
1. Anak jalanan yang hidup dijalanan, dengan kriteria :
a. Putus hubungan atau lama tidak bertemu dengan orang tuanya;
b. 8-10 jam berada di jalanan untuk “bekerja” (mengamen, mengemis, memulung) dan sisanya menggelandang / tidur;
c. Tidak lagi sekolah;
d. Rata-rata berusia di bawah 14 tahun.
2. Anak jalanan yang bekerja di jalanan, dengan kriteria :
a. Berhubungan tidak teratur dengan orang tuanya;
b. 8-16 jam berada di jalanan;
c. Mengontrak kamar sendiri, bersama teman, ikut orang tua / saudara, umumnya di daerah kumuh;
d. Tidak lagi sekolah;
e. Pekerjaan : penjual koran, pengasong, pencuci bus, pemulung, penyemir sepatu, dll.
f. Rata-rata berusia dibawah 16 tahun.
3. Anak yang rentan menjadi anak jalanan, dengan kriteria :
a. Bertemu teratur setiap hari / tinggal dan tidur dengan keluarganya;
b. 4-5 jam kerja dijalanan;
c. Masih bersekolah;
d. Pekerjaan : penjual koran, penyemir, pengamen, dll;
e. Usia rata-rata dibawah 14 tahun.
4. Anak jalanan berusia diatas 16 tahun, dengan kriteria :
a. Tidak lagi berhubungan / berhubungan teratur dengan orang tuanya;
b. 8-24 jam berada di jalanan;
c. Tidur di jalan atau di rumah orang tua;
d. Sudah tamat SD atau SLTP, namun tidak bersekolah lagi;
e. Pekerjaan : calo, mencuci bus, menyemir, dll.
Dalam buku “Standar Pelayanan Sosial Anak Jalanan melalui Rumah Singgah” (2002:13-15), setiap rumah singgah boleh menentukan sendiri kategori anak jalanan yang didampingi. Kategori anak jalanan dapat disesuaikan dengan kondisi anak jalanan sebagai berikut :
1. Anak jalanan yang hidup di jalanan, dengan cirinya sebagai berikut :
a. Putus hubungan atau lama tidak bertemu dengan orang tuanya minimal setahun yang lalu
b. Berada di jalanan seharian untuk bekerja dan menggelandang
c. Bertempat tinggal di jalanan dan tidur di sembarang tempat seperti emperan toko, kolong jembatan, taman, terminal, stasiun, dll
d. Tidak bersekolah lagi
2. Anak jalanan yang bekerja di jalanan, cirinya adalah :
a. Berhubungan tidak teratur dengan orang tuanya, yakni pulang secara periodik misalnya seminggu sekali, sebulan sekali, dan tidak tentu. Mereka umumnya berasal dari luar kota yang bekeja di jalanan
b. Berada di jalanan sekitar 8 s.d 12 jam untuk bekerja, sebagian mencapai 16 jam
c. Bertempat tinggal dengan cara mengontrak sendiri atau bersama teman, dengan orang tua / saudaranya, atau tempat kerjanya di jalan
d. Tidak bersekolah lagi
3. Anak yang rentan menjadi anak jalanan, cirinya adalah :
a. Setiap hari bertemu dengan orang tuanya (teratur)
b. Berada di jalanan sekitar 4 s.d 6 jam untuk bekerja
c. Tinggal dan tidur bersama orang tua / wali
d. Masih bersekolah
Lebih jelas dalam buku “Modul Pelatihan Pimpinan Rumah Singgah” (BKSN, 2000:61-62) kategori dan karakteristik anak jalanan :
1. Kelompok anak yang hidup dan bekerja dijalanan
Karakteristiknya :
a. Menghabiskan seluruh waktunya dijalanan
b. Hidup dalam kelompok kecil atau perorangan
c. Tidur diruang-ruang / cekungan diperkotaan, seperti : terminal, emperan toko, kolong jembatan dan pertokoan
d. Hubungan dengan orang tuanya biasanya sudah putus
e. Putus sekolah
f. Bekerja sebagai : pemulung, pengamen, mengemis, semir, kuli angkut barang
g. Berpindah-pindah tempat
2. Kelompok anak jalanan yang bekerja dijalanan dan masih pulang ke rumah orang tua mereka setiap hari
Karakteristiknya :
a. Hubungan dengan orang tua masih ada tetapi tidak harmonis
b. Sebagian besar dari mereka telah putus sekolah dan sisanya rawan untuk meninggalkan bangku sekolah
c. Rata-rata pulang setiap hari atau seminggu sekali ke rumah
d. Bekerja sebagai : pengemis, pengamen di perempatan, karnet, asongan koran dan ojek payung.
3. Kelompok anak jalanan yang bekerja dijalanan dan pulang ke desanya antara 1 hingga 2 bulan sekali
Karakteristiknya :
a. Bekerja dijalanan sebagai : pedagang asongan, menjual makanan keliling, kuli angkut barang
b. Hidup berkelompok bersama dengan orang-orang yang berasal dari satu daerah dengan cara mengontrak rumah atau tinggal di sarana-sarana umum / tempat ibadah seperti masjid
c. Pulang antara 1 hingga 3 bulan sekali
d. Ikut membiayai keluarga didesanya
e. Putus sekolah
4. Anak remaja jalanan bermasalah (ABG)
Karakteristiknya :
a. Menghabiskan sebagian waktunya dijalanan
b. Sebagian sudah putus sekolah
c. Terlibat masalah narkotika dan obat-obatan terlarang
d. Sebagian dari mereka melakukan pergaulan seks bebas, pada beberapa anak perempuan mengalami kehamilan dan mereka rawan untuk terlibat prostitusi
e. Berasal dari keluarga yang tidak harmonis
Lebih rinci dalam buku “Intervensi Psikososial” (Depsos, 2001:23-24) karakteristik anak jalanan dituangkan dalam matriks berupa tabel ciri-ciri fisik dan psikis anak jalanan berikut ini :
Tabel 2.1 Ciri-ciri Fisik dan Psikis Anak Jalanan
Ciri Fisik | Ciri Psikis |
Warna kulit kusam Rambut kemerah-merahan Kabanyakan tidak terurus
| Mobilitas tinggi Acuh tak acuh Penuh curiga Sangat sensitif Berwatak keras Kreatif Semangat hidup tinggi Berani menanggung resiko Mandiri |
Lebih lanjut dijelaskan dalam buku tersebut, indikator anak jalanan :
1. Usia berkisar antara 6 sampai dengan 18 tahun
2. Intensitas hubungan dengan keluarga :
a. Masih berhubungan secara teratur minimal bertemu sekali setiap hari
b. Frekuensi berkomunikasi dengan keluarga sangat kurang
c. Sama sekali tidak ada komunikasi dengan keluarga
3. Waktu yang dihabiskan dijalanan lebih dari 4 jam setiap hari.
4. Tempat tinggal :
a. Tinggal bersama orang tua
b. Tinggal berkelompok dengan teman-temannya
c. Tidak mempunyai tempat tinggal
5. Tempat anak jalanan sering dijumpai di : pasar, terminal bus, stasiun kereta api, taman-taman kota, daerah lokalisasi WTS, perempatan jalan atau jalan raya, pusat perbelanjaan atau mall, kendaraan umum (pengamen), tempat pembuangan sampah.
6. Aktifitas anak jalanan : menyemir sepatu, mengasong, menjadi calo, menjajakan koran / majalah, mengelap mobil, mencuci kendaraan, menjadi pemulung, pengamen, menjadi kuli angkut, menyewakan payung, menjadi penghubung atau penjual jasa.
7. Sumber dana dalam melakukan kegiatan : modal sendiri, modal kelompok, modal majikan / patron, stimulant / bantuan.
8. Permasalahan : korban eksploitasi seks, rawan kecelakaan lalu lintas, ditangkap petugas, konflik dengan anak lain, terlibat tindakan kriminal, ditolak masyarakat lingkungannya.
9. Kebutuhan anak jalanan : aman dalam keluarga, kasih sayang, bantuan
usaha, pendidikan, bimbingan keterampilan, gizi dan kesehatan, hubungan
harmonis dengan orang tua keluarga dan masyarakat.